Konawe Selatan di Usia ke-22: Antara Pujian dan Realita yang Belum Terjawab

 






MEDIAKONAWE.COM| Konsel - Kita sudah bisa membayangkan hari itu. Gemerlap perayaan Hari Ulang Tahun Kabupaten Konawe Selatan yang ke-22 pada Jumat (2/5/2025) diwarnai dengan pidato-pidato optimistis dan pujian terhadap kepemimpinan Bupati Irham Kalenggo. Salah satunya datang dari Ketua PPWI, La Songo, yang menyebut Konawe Selatan sebagai "Tanah Subur Penuh Potensi" yang sedang menuju "kejayaan berkelanjutan".  

Tapi di balik retorika yang menggelora, pertanyaan besar menggelayut: Sejauh mana klaim-klaim ini bersinggungan dengan realitas yang dihadapi masyarakat?  


"Subur dan Berpotensi", Tapi untuk Siapa?  

La Songo memuji kekayaan alam dan peluang pembangunan di Konawe Selatan. Namun, data menunjukkan bahwa ketimpangan masih nyata. Pembangunan infrastruktur memang tampak di pusat kabupaten, tetapi desa-desa terpencil masih bergulat dengan akses jalan rusak, listrik yang kerap padam, dan minimnya fasilitas kesehatan.  

SETARA: Visi atau Sekadar Slogan?  

La Songo juga mengapresiasi prinsip SETARA (Sederhana, Transparan, dan Berkeadilan) yang diusung Bupati Irham Kalenggo. Namun, sejumlah kelompok masyarakat sipil mempertanyakan sejauh mana prinsip ini dijalankan.  

"Anggaran daerah masih kerap abu-abu. Proyek-proyek besar ditentukan tanpa melibatkan suara masyarakat," ungkap aktivis yang kerap perjuangkan hak-hak rakyat ini, Selasa (29/4/2025)..  

Pernyataan La Songo bahwa pemimpin harus "Lahir dari Rahim Rakyat" juga dipertanyakan. Sebab, banyak kebijakan masih terkesan top-down, tanpa partisipasi aktif warga, terutama generasi muda dan perempuan.  


Hari Jadi sebagai Momentum Refleksi  

Momen ulang tahun seharusnya menjadi waktu untuk mengevaluasi sejauh mana pembangunan benar-benar menyentuh kehidupan warga. Apakah pertumbuhan ekonomi dirasakan oleh nelayan di pesisir, petani di pegunungan, atau pedagang kecil di pasar tradisional?  

"Kami tidak butuh kata-kata indah. Kami butuh sekolah yang layak, puskesmas yang berfungsi, dan lapangan kerja yang nyata," ujar Darmin, seorang guru honorer di Kecamatan Tinanggea.  

Harapan di Balik Kritik 

Kritik bukanlah bentuk ketidaksukaan, melainkan bukti bahwa masyarakat masih peduli dan berharap lebih. Konawe Selatan memang tanah harapan, tetapi harapan itu harus diwujudkan dalam tindakan nyata—bukan sekadar retorika di atas panggung seremonial.  

Di usia ke-22 ini, tantangan Konawe Selatan bukan lagi sekadar merayakan kemajuan, melainkan memastikan bahwa tidak ada satu pun warga yang tertinggal. Sebab, seperti kata pepatah, "Pembangunan yang sejati bukan tentang gedung yang menjulang, tapi tentang rakyat yang berdiri dengan martabat." Dirgahayu Kabupaten Konawe Selatan yang ke 22 tahun.  Jems

Related

OPINI 3211479674148308152

KUNJUNGAN

INFO TERKINI

Konawe Selatan di Usia ke-22: Antara Pujian dan Realita yang Belum Terjawab

  MEDIAKONAWE.COM| Konsel - Kita sudah bisa membayangkan hari itu. Gemerlap perayaan Hari Ulang Tahun Kabupaten Konawe Selatan yang ke-22 pa...

ARSIP BERITA

BERITA POPULER

SPONSOR

logo Dinas Pariwisata konut

PROFIL DPRD KONUT

INSPEKTORAT KONAWE UTARA

item